Oleh Masud HMN
Melayu Pos – Kebenaran pola pikir membantu mencari kebenaran yang hakiki. Ini kita perlukan agar salah dalam ber fungsi agar berpikir. Berpikir dengan hikmah
Agama memberikan hikmah atas tiap peristiwa. Yang acap kali kurang disadari manusia. Bahkan kadang terlupakan sama sekali. Ini bertemu dalam ajaran agama. Seperti ada kesulitan yang tak ada jalan keluar. Bahwa dalil bahwa dibalik kesulitan ada kebahagiaan
Maka dengan adanya dalil itu kita percaya bahwa ada dibalik setiap peristiwa terdapat hikmah. Disitulah adanya sesuatu yang kita sebut hikmah mungkin kita ketahui atau tidak diketahui. Perspektif dalam tiap kejadian.
Pada masa tertentu ada terjadi kesulitan yang tak nampak solusinya. Ibarat saat langit gelap bintang pun tak ada, ombak di laut ombak besar menghempas. Semua panic mau bagai mana. tapi tak disangka tiba tiba langit terang kembali dan ombak pun berhenti.
Dalam kitab tafsir Al Margi hikmah itu diartikan menyingkap kebenaran yang sesuai dengan dalil. Kecerdasan akal sehat manusia dari dalam diri manusia menangkap kebenaran. Yang diberi kebaikan yang banyak. Juga ada yang menghubungkan dengan Anugerah Ilahi. Alah ber firman dalam aal Quran :
Dia menganugerahkan hikmah pada ya ng dikehendaki sungguh dia diberikan kebaikan yang banyak. Tidak ada yang Dpat mengambil pelajaran dari padanya kecuali kelompok Ulil albab (surat al Baqarah 269)
Identik dengan Bait Hikmah didirikan era dinasti Abbasiah (750 sd 847 Masehi). Yang berfungsi untuk membangun pola pikir agar terhindar dari campur baur kebudayaan.
News Post : Potensi Karhutla, Romi Larang Camat Tinggalkan Tempat
Dengan demikian perspektif hikmah dalam dialektika adalah seperti itu. Dialektika sebagai era pola pikir yang bercampur baur dieliminir. Hingga dialektika adalah suatu keadaan sebab belum tentu benar adanya.
Maka jika sekarang ada situasi kondisi demikian itu berarti hanyalah bersifat dialektik belaka. Kebenaran sesaat yang akan berubah lagi.Persfektip dialektika dalam hikmah kebenaran yang kita cari adalah kebenaran yang permanent yang relative tetap.
Jakarta 1 Agustus 2024
Penulis Masud HMN Dosen Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta.
Baca Juga :