Penulis : Masud HMN
Melayu Pos Indonesia – Dibenarkan kah budaya politik transformative ? Kalau bisa dibenarkan bagaimana caranya. Bagaimana menjawabnya jadi persoalan tentunya.
Ungkapan budaya baru itu disebut adalah budaya transformative atau dilabelkan juga budaya alternative. Lantaran istilah itu agak belakangan ditemukan ketimbang budaya lain.
Maksudnya budaya transformative itu adalah penyesuaian dari perkembangan dari satu konsep budaya. Misalnya Istiqamah prinsip baku, tetap dan permanent. Tidak berubah ubah, seperti apa adanya.
Memimjam pepatah adat dibubut layu di pindan anjak mati. Tarifnya tidak dapat berubah dan di pindahkan. Karena akan rusak dan mati. Dengan demikian digolongkan adat yang usolli yang asli originil. Yaitu seperti utang berbayar atau dosa disembah. Utang lunas harus berbayar dosa hapus kalau diminta ampun atau disembah lain tidak bisa.
Adat terjolli adalah adat yang disesuaikan, lain negeri lain adatnya. Lain lubuk lain ikannya. Beda Padang beda belalangnya. Tergantung keadaan dimana situasi itu. Bukan problem bila diganti dengan yang baru Itulah defenisi adat, ada usolli dan terjoli. atau berubah. Dapat di komversi istilah lainnya atau disamakan.
Ungkapan adat yang mengatakan buliah bakisa duduak asal dilapik sahalai. Buliah bakisa tagak asal ditanah nan sabingkah. (boleh berkisar duduk asal ditikar yang sehelai atau sama beleh berpindah tegak asal ditanah yang sebingkah atau sama) Itu adalah adat terjoli (aliran) bukan usolli (asli). Ungkapan tersebut identik istilah budaya alternative. Sama itu tetapi berbeda.
Kata ketua Partai Pembangkang Malaysia sering kata itu berubah jadi penipuan. Ia mengutip ungkapan salah seorang budayawan Malaysia mendakap kepalsuan atau menajisi kebenaran. Menurut dia. Sering kita mengatakan kalau pejabat menerima uang jutaan kita namakan itu komisi. Sementara sopir dijalan dikutip polisi sepuluh ringgit kita namakan korupsi.Kita katakan adanya korupsi tidak boleh.
Artinya mendakap memeluk ketidak adilan dan menajisi kebenaran adalah membusukkan kebenaran. Satu perbuatan yang dilarang. Untuk pejabat atau yang lain. Begitu kata Anwar Ibrahim. Akhirnya kebenaran harus ditegakkan. Kata atau budaya transformative harus diukur dengan tujuannya tidak sekadar melihat budaya itu sendiri.
Dibolehkan kalau budaya tersebut punya esensi
Berguna dan tidak prinsip dasar. Tidak dibolehkan atau dilarang kalau untuk akal – akalan. Hanya akan mendakap kepalsuan dan menajisi kebenaran. Kita harus tentang.
Jakarta 21 May 2022
*) Masud HMN adalah Doktor Dosen Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka Jakarta
Baca Juga :
Baca Juga :