Beranda Life Story Sejarah Perbendaharaan Lama

Sejarah Perbendaharaan Lama

331
0

Oleh Masud HMN

Melayu Pos – Membaca buku sejarah yang ditulis para Sejarawan lalu kita bandingkan ada yang perlu kita kritisi. Sebutlah sejarah Perang Paderi (Marle Calvin Ricket, Sejarah Indonesia modern, 2020) yang berakhir dengan dibuangnya Tengku Imam Bonjol ke Manado oleh Belanda dan wafat disana 1864. Juga babak perang antara kaum agama dan kaum adat. dan Kerajaan Siak terhadap Belanda.

Temuan dari membaca buku itu adalah politik pecah belah devide at infera Belanda, lalu membuang dan menangkap pemimpin, dan kompromi serta politik. Pecah belah kaum adat dan kaum Paderi. Sementara politik lengkap pemimpin dan membuang terjadi pada Tuanku Imam Bonjol yang dibuang jauh ke Manado. Terhadap politik kompromi dicerminkan oleh pola Pemerintahan Kerajaan Siak Sri Inderapura.

Dari tiga temuan itu, semua nya menjadi satu dibawah kendali Belanda. Kaum adat, dan kompromi kerajaan Siak dan Belanda, serta politik menjauhkan politik berpengaruh Imam Bonjol dari pengikutnya, Tidak memenjarakan pemimpin. Tetapi menjauhkan dari anak buah yang menjadi pengikut. Iru yang berbeda dengan pola pemerintahan menangkap dan memenjarak pemimpin.

Apa sebenarnya yang terjadi dan penjelasanya., yaitu Belanda di satu pihak, kaum adat dan agama serta kerajaan Siak dilain pihak masih perlu dituntaskan. Lantaran perang yang cukup lama itu, sejak 1808 – 1838 atau 30 tahun banyak peristiwa mengandung poin penting.
Pertanyaan bagaimana posisi kaum agama, menghadapi Belanda, bagai mana posisi kaum adat dan kaum agama. Termasuk terlibatnya Kerajaan Siak menghadapi penjajah Belanda,, Jadi ada tiga hal, penjajah. kaum agama (Paderi) bersama kerajaan siak, kaum adat
Letnan Kolonel Raaf dari Hindia Belanda berhasil memukul pehuang kum Paderi. Tanggal 4 April 1822 memasuki Pagar Ruyung dan memukul mundur kaum Paderi. Hindia Belanda mendirikan benteng Vander Cavellen untuk tempat bertahan disana.

Dilansir dari Kompas online 11 Mei 2023 bahwa asal muasal Perang Paderi tak terlepas dari Peritiwa Pagar Ruyung yang rapat bersama dalam soal Agama dan Adat dalam praktek. (Kompas, Aplikasi com down http s load). Dalam rapat yang terdiri dari Pemuka adat dan Pemuka Agama, diketahui oleh Penjajah Belanda lalu memanfaatkan hal tersebut. Memecah belah kaum adat dan kaum agama.

Pada kesempatan itu terjadi beda pendapat pemuka adat dan agama untuk anak kemenakan. Juga judi Sabung ayam, dan hukum waris dan Belanda memihak kepada kaum adat dalam menentang kaum agama. Menjadi peluang baik bagi Belanda yang pada sebelumnya Belanda banyak mengalami militer yang mati dalam perang melawan kau m adat Hampir dua ratus orang serdadu yang menjadi korban perang tersebut.

Buya Hamka dalam buku yang ditulisnya berjudul Dari Bendaharaan Lama seperti dikutip dari Desyanto ( 4 Mei 2023 ) membentangkan juga terjadinya perpecahan antara kaum adat dan kaum agama yang kaum agama dipanggilkan kaum Paderi. Hingga perang itu pun di namakan perang Paderi digelarkan perang Tuanku Imam Bonjol dengan Belanda.
Di kuti dari cetak ulang buku itu menyebut paham kompromi dari Kerajaan Siak berasal dari turunan Arab dari tokohnya bernama Sulaiman Al Jupri.

Diketahui Belanda kemudian berunding dengannya. Belanda setuju maka sang tokoh kompromi itu yaitu Sulaiman Al Jupri mencoba melobi kaum adat. Sayangnya Said Suliaiman Al Jufri itu di bunuh oleh orang mencurigainya

Kaum adat dijadikan pemimpin bergelar Tuanku yang mau kompromi dengan Belanda, Kaum ulama yang non kompromi diperangi Belanda, kerjasama dengan kaum adat. Pada hal yang kaum Ulama itu membawa spirit Islam yang maju dan reformis. Maka menjadi penguasa di Pagar Ruyung diangkat kaum adat dari pihak Belanda, berpangkat Regent. Itu untuk merealisasikan politik Belanda mau mendukung kaum adat. Al hasil selesailah perang di Minang Kabau dan Belanda sukses menjalankan politiknya dengan pola memecah belah, memerangi kaum Paderi dan menangkap pemimpinnya lalu membuang ke Manado, dan politik kompromi dan tidak mengapa urung dilaksanakan.

Catatan kita adalah beda perang Paderi dengan daerah lain karena spiritnya berbeda. Jika saja Perang Imam Bonjol dimenangkan, maka Islam reformis akan lebih mengemuka nyata. Ketimbang dari kaum adat yang menang. Meski yang sukses adalah kaum adat , namun spirit reformis Islam tetap nampak. Spirit dari Tengku Sumanik,Tengku Piobang, Tengku Nan Renceh, Tengku Tambusai yang dipimpin Tuanku Imam Banjol kaum Paderi tidak lenyap begitu saja. Mereka adalah peletak dari spirit Islam non kompromis demi Islam berkemajuan.

Jakarta 14 Mei 2023

*)Masud HMN Dosen Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta.

Baca Juga :

Euforia Timnas Indonesia Merebut Medali Emas kemenangan terbesar Indonesia atas Thailand Sepanjang Sejarah Sea Games!!

Baca Juga :

Kerja Bersungguh – Sungguh

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini