Oleh Masud HMN
Melayu Pos – Kata paradox berarti berlainan, berlawanan atau identik persaingan. Padi tumbuh dengan siangan, Siang dengan malam berlawanan. Tak dapat ditiadakan, semua berlawanan dan biasa saja
Lazim adanya, tetapi ada jamak orang tidak suka persaingan bahkan pesaing itu harus dilenyapkan atau pesaing itu dimatikan. Maka timbullah ungkapan tidak boleh balam dua sepematang
Tanpa ada saingan dan tantangan, tiada pula perjuangan, Menjelma lah dictator. Kekuasaan ditangan satu penguasa, tiada control kekuasan.
Dalam perspektif demikian Abraham Lincoln seorang Presiden Amerika menyatakan pendapat lain. Salah satu bukti ia ketika terpilih lalu mengangkat lawan politiknya dalam kampanye menjadi sekretaris Negara. Kedudukan jabatan penting disisinya. Bagi Abraham Lincoln persaingan adalah penting. Sebab yang di persaingan adalah pengabdian bukan kepentingan lain. Presiden kedua Amerika dimaksud pendapatnya pesaing itu dilihat sebagai Fatbiqul chairat (berlomba lomba untuk berbuat) persaingan ide untuk mengabdi Negara.
Menjadi menarik juga itu yang dilakukan Prabowo Subianto Menteri Keamanan Republik Indonesia (Hankam) bersama Joko Widodo, Saat Joko Widodo menang terpilih, maka Prabowo Subianto ditunjuk sebagai Menteri Hankam. Ia terima sejauh ini hasil nya sukses dalam mengemban jabatan Hankam Republik Indonesia tersebut.
News Post : Mengenal lebih jauh Profil Abdul Mukti
Dengan demikian maka ungkapan yang menyatakan pandangan persaingan dua kekuatan paradox tidak boleh tidaklah sepenuhnya benar. Yang benar itu pesaing itu adalah keniscayaan atau tidak dapat dihindarkan. Dimana saja selalu ada pesaing, jadi jangan takut disaingi.
Ajaran agama agar berlomba lomba berbuat baik atau fastabiqul chairat itu harus dilestarikan. Kata berlomba lomba untuk berbuat baik untuk berbakti bagi Negara adalah harga mati. Jangan ada yang berkhianat pada bangsa dan negara, Yang penting itulah. Semoga !
Jakarta 18 Maret 2023
*)Doktor Masud HMN adalah Dosen Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta.
Baca Juga :