Beranda Opini Pragmatisme Pada Budaya Jawa

Pragmatisme Pada Budaya Jawa

258
0

Oleh Masud HMN

Melayu Pos Indonesia – Jawa melahirkan cara tersendiri dari segala budaya. Namanya kearipan local. Berbeda dengan budaya yang lain, meski persoalan intinya sama saja. Pragmatisme berasal dari kata pragmatis. Artinya perbuatan yang tepat guna (efektif) serta murah (efisien). Ini pengertian umum.

Sebagai mana ketahui bersama bahwa sejatinya terdapat dua pegertian dalam Pragmatisme. Pertama adalah yang dilahirkan oleh Decrates yaitu berpikir congito ego sum dengan ungkapan “aku ada karena aku berpikir” kata Descrates orang Perancis ahli filsafat abad pertengahan Masehi. Maksudnya adalah filsafat berpikir.

Rene de Cartes (53) lahir di Perancis Filosof terkenal 1596 -1650, meninggal dalam usia relative muda. Ia meninggal karena sakit radang paru paru. Kontribusinya adalah lahirnya filsafat berpikir eksistensialisme. Sangat terkenal yang berpijak dari jiwa dan pysik and soul. Pemikiran berkembang di Eropa
Oleh karena perkembangan zaman datang pula Hegel. dan Imanuel Kant dengan filsafat teori nilai. Terkenal dengan teori “moral conduct”.Sesuatu kebenaran apakah ada nilainya untuk manusia . Kebenaran itu adalah nilai.

Lalu kemudian ada filsafat sintesa dan anti tesa. Filsafat yang melihat fungsinya kebenaran itu. Maka terkenal “filsafat materil“.
Dalam kaitan inilah kita datang dengan kesimpulan ada dua pokok. Yaitu induk filsafat “berpikir Hegel” dan “filsafat materiel dari Imanuel Kant. Dengan fungsinya berpikir. Kedua itulah filsafat berkembang dengan segala variasinya.

News Post : Pilkada Jakarta Sedang Tidak Baik Baik Saja 

Kegiatan politik agaknya menurut perkembangan demikian. Tema pokoknya pragmatisme. Terus menyerobot ke segenap budaya sebab ada budaya pragmatisme Jawa, Melayu, Minangkabau, dan lain lain suku. Masing masing beda penerapannya dalam praktek.

Bagaimana pengembangan pragmatisme dalam budaya Jawa kini ? Kiranya dapat dilihat dengan misal pada kegiatan kepemimpin. Lazim disebut dalam ungkapan mikul dhuwur mondem jero politik. Memegang rahasia aib pimpinan.

Menarik sekali azas kepemimpinan itu. Sebab disitu terkawal lah pengkhianatan. Dilarang menyebarkan aib pimpinan. Dengan pragmatis, suku Jawa dapat menjaga kerahasian. Menjadi doktrin yang baik tentunya. Hanya perlu aib disembunyikan itu terbatas dalam yang mana dan hal apa saja. Tujuan nya kita tidak melestarikan yang buruk. Yang baik kita jaga.Sebaliknya yang buruk kita buang jauh jauh.

Kita perlu mencari yang baik dalam budaya. Agar menjadikan bangsa Indonesia maju kedepan. Modern dan maju dalam budaya !

Jakarta, 9 Agustus 2024.
Penulis Dr Masud HMN Spd. MM Dosen Univ Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta.

Baca Juga :

Partai Gerindra Resmi Usung Pasangan Dillah MT Pada Pilkada Tanjab Timur

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini