Beranda Life Story Pengaruh Lingkungan

Pengaruh Lingkungan

308
0

Oleh Masud HMN

Melayu Pos – Apa esensi adat bagi kita. Kalau kita tak beradat ada apa ? Bisakah pergaulan tidak beradat ?

Datuk Helmy Panuh Datuk Ponop Marajo, seorang Doktor Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta menyatakan tidak mau banyak komentar tentang individu intelektual yang abai dengan Agama dan Adat meski berasal dari Minang Kabau. Walau Helmi Panuh intelektual berlatar belakang ilmu hukum (notaris) berpendapat lain dan mereka kata Helmi Panuh, terpengaruh oleh unsur luar dari kampung halaman.

Bagi tokoh asal Sulit Air Minang Kabau Helmi Panuh Datuk Ponop Marajo berpendapat mesti lah serius memahami filosofi adat dan Agama tersebut. Misalnya sopan santun yang lemah dalam pergaulan seperti ungkapan harimau, dalam perut. Kambing juga dikeluarkan. Artinya keras di dalam hati sopan juga dikeluarka dalam ucapan.

Kisah Arteri Dahlan dalam berucap di Perlemen adalah contoh bicara yang tidak sopan.Meski di perlemen orang bebas untuk mengekspresikan kata katanya, maka jadinya ia contoh orang Minang Kabau yang kurang sopan dalam bicara. Ia pengaruh luar daerah kampung halaman.

Hingga ia seperti Arteri Dahlan jadi tak peduli dengan desa dimana ia dilahirkan. Terhadap orang yang banyak diluar kampung halaman bisa dipastikan ia banyak berbicara beda kalau berkaitan dengan esensi adat. Esensi luar jelas berpengaruh merasuki esensi adat pergaulan; Apa jadinya kita bergaul tidak beradat, Helmi Panuh dengan struktu menyaang Pagulu Bergelar Datu Ponop Marajo iti, mempertanyakan yang ia jawab sendiri berbahaya. Seperti sawah tak berpematang, Jalan tak punya tujuan yang jelas. Berjalan dalam hutan belantara

Demikian tinjauan Helmi Panuh ketika memandang orang Minang Kabau yang tak sejalan dengan adat yang dan sepakati dan lembaga adat yang dituangkan. Yang diperasakan dalam ungkapan bahasa adat nan dipakai lembaga nan dituang. Prinsipnya dia menyangkan sikap semacam itu.

Penulis juga mengaminkan atau mendukung opini tersebut. Sebabnya ada ungkapan dalam bahasa kearifan lokal Melayu hidup beradat mati beriman. Maksudnya kemestian konsep yaitu ada landasan hidup dunia yaitu pergaulan adat, dan ada landasan hidup akhirat yaitu iman (kepercayaan).

Tujuannya adalah untuk kebaikan moral keelokan estetika budi, keindahan rasa dan kenyamanan serta sekuriti hidup.. Disitulah berpadu literasi konsep iman, sopan santun, keindahan rumah bergonjong dalam rangka baik dipandang mata atau estetika. Serta Masjid dan menara.

Dalam rangka, masyarakat yang ber iman sekaligus berbudaya. Kita berpandangan dunia yang tidak punya landasan hidup berbahaya sama juga kalau tidak ada landasan pergaulan. Maka opini kita adalah perlu literasi dunia dan akhirat berpadu menjadi satu. Baik di dunia kita beradat, dan baik pula akhirat kita beriman.

Jakarta 15 Mei 2023

Masud HMN adalah Doktor Dosen Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta

Baca Juga :

Sejarah Perbendaharaan Lama

Baca Juga :

Kerja Bersungguh – Sungguh

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini