Beranda Life Story Budaya Transformatif

Budaya Transformatif

278
0

Oleh Masud HMN

Melayu Pos – Dibenarkan kah budaya transformatif ? Kalau bisa dibenarkan bagai mana caranya.

Hal itu menjadi persoalan tentunya. Ungkapan budaya baru itu disebut adalah budaya transformatif Atau dilabelkan juga budaya alternatif. Lantaran istilah itu agak belakangan ditemukan ketimbang budaya lain Artinya atau maksudnya budaya transformatif itu adalah penyesuaian dari perkembangan dari satu konsep budaya. Misalnya istiqamah prinsip baku, tetap dan permanent. Tidak berubah ubah, seperti apa adanya.

Meminjam pepatah adat dibubut layu di pindan anjak mati.Takrifnya tidak dapat berubah dan di pindahkan. Karena akan rusak dan mati. Yang demikian digolongkan adat yang usalli yang asli original yaitu seperti utang berbayar atau dosa disembah. Utang lunas harus berbayar dosa hapus kalau diminta ampun atau disembah. Lain tidak bisa

Adat terjoli adalah adat yang disesuaikan,lain negeri lain adatnya. Lain lubuk lain ikan nya. Beda padang beda belalangnya. Tergantung keadaan dimana situasi itu. Bukan problem bila diganti dengan yang baru Itulah definisi adat, ada usaly dan terjoli atau berubah. Dapat di konversi istilah lainnya, atau disamakan. Ungkapan adat yang mengatakan buliah bakisa duduk asal dilapik sahalai. Buliah bakisa tagak asal di tanah nan sabingkah. (boleh berkisar duduk asal di tikar yang sehelai atau sama beleh berpindah tegak asal di tanah yang sebingkah atau sama) Itu adalah adat terjoli (aliran) bukan usolli (asli).

Ungkapan tersebut identik istilah budaya alternative. Sama itu tetapi berbeda. Kata ketua partai pembangkang Malaysia sering kata itu berubah jadi penipuan. Ia mengutip ungkapan salah seorang budayawan Malaysia mendapat kepalsuan atau menajisi kebenaran. Menurut dia. Sering kita mengatakan kalau pejabat menerima uang jutaan kita namakan itu komisi. Sementara sopir dijalan dikutip polisi sepuluh ringgit kita namakan korupsi. Kita katakan adanya korupsi tidak boleh.

Artinya mendekap memeluk ketidak adilan dan menajisi kebenaran adalah membusuk kan kebenaran. Satu perbuatan yang dilarang. Untuk pejabat atau yang lain. Begitu kata Anwar Ibrahim. Akhirnya kebenaran harus ditegakkan. Kata atau budaya transformatif harus diukur dengan tujuannya.Tidak sekadar melihat budaya itu sendiri.

Dibolehkan kalau budaya tersebut punya esensi
Berguna dan tidak bila merujuk prinsip dasar. Tidak dibolehkan atau dilarang kalau untuk akal akalan. Hanya akan mendekap kepalsuan dan menajisi kebenaran. Kita harus tantang dan menjalankan kebenaran !

Jakarta 21 May 2022
*) Masud HMN adalah Doktor Dosen Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka Jakarta

Baca Juga :

Tugas Duta Besar Arab Saudi Terhadap Dominasi Amerika Di Indonesia

Baca Juga :

Pamer Dalam Puasa

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini