Beranda Opini Kudeta Kekerasan di Myanmar

Kudeta Kekerasan di Myanmar

563
0

Oleh Masud HMN

MPI – Konflik berdarah pasca kudeta di Myamar terus saja membawa suasana yak menentu banyaknya korban terjadinya pengungsian besar besaran, Sejaauh ini sudah 1000 orang rakyat Myanmar melarikan diri ke India. Selain itu ada 40 orang wartawan local dan asing ditangkap oleh penguasa militer Myanmar
Seperti diketahui bahwa Kudeta militer Myanmar yang dipimpin oleh Jenderal Min Aun Hiang 1 Februari 2021 lalu menggulingkasn pemerintah yang sah dibawah Aumg San Suu Kyi merupakan tragedy kemanusiaan.

Sampai saat ini masih berlansung antara militer menghadapi rakyat sipil tidak bersenjata, Menurut berita terakhir sudah 261 orang yang tewas, dan kekerasan masih terus berlansung.
Tindakan kekerasan bersnjata terhadap sipil telah dikecam masyrakat dunia, dengan menjatuhkan sangsi terhadap pemerintahan militer Myanmar tersebut. Sejak 22 Maret Seperti yang dilakukan Unii Eropah menetapkan sangsi pembekuan asset dan visa terhadap Myanmar. (AFP 22/3/21)

Pressiden Indonesia Joko Widodo menyerukan agar diadakan Pertemuam Tingkat Tinggi (KTT) Kepala Negara dan Pemerintahan ASEAH untuk menyelesaikan konflik berdarah Myanmar, Dengan pertemuan tingkat tinggi Negara ASEAN itu sesuai dengan tradisi ASEAN dalam rangka mengukuhkan kespakatan High Level Meeting (HLM) yang power full (Sinpo News 19/03/21).

Hal yang sama juga datang dari Muhiyidin Yassin Perdana Menteri (PM) Malaysia menyatakan kperihatinan terhadap situasi di Myanmar dengan banyaknya korban tewas dan yang cedera terutama masrakat sipil. Pmeerintah Malaysia menyatakan agar segenap tindakan kekerasan itu dihentikan segera.

Dalam siaran pers resmi PM Malaysia menyesalkan sikap rakyat Myanmar yang menghancurkan rasa senasib sesame,berubah jadi kekerasan dan kekejaman. Malaysia, kata pernyataan tersebut, memandang rakyat Myanmar dengan rasa persudaraan, minta solusi diusahakan dengan penuh damai, Menjauhkan kekerasan, pengrusakan, serta permusuhan.

Semua ini berdasar pada budaya dan komitmen ASEAN menjunjung tinggi perdamaian serta keamanan untuk kesjahteraan. Semangat itu diperkuat oleh pernyataan Presiden Republik Indonesia bahwa Myamar hanya dapat diselesaikan dengan kebersamaan Asean
Sebagaimana diketahui, pergolakan di Myamar yang bernama Burma itu dipicu oleh hilangnya rasa kebersamaan antar sesame rakyat Myamar.

Ditambah pengaruh asing mengintervensi pada penduduk local dalam pengelolaan ekonomi berbasis beras dan produk pertanian. Secara sepesifik di Myamar ada rnaman candu menjadi sumber ekonomi penting.yang jadi biang konflik Negara tersebut.

Diatas semua itu, krisis itu menggangu stabilitas ASEAN Terutama dua Negara yaitu Indonesia dan Malaysia. Akibatnya akan menimbulkan permasalahan pengungsi ke Indonesia dan Malaysia.

Jakarta 24 Maret 2021
*) Masud HMN adalah Doktor Ketua Pusat kajian Peradaban Melayu (PKPM) Jakarta

Baca Juga :

Hindari Kematian Ibu dan Anak, Ernawati Harapkan Desa Siaga. Selama ini Dinkes Sudah Sediakan Rumah Singgah

Baca Juga :

Dugaan Pelecehan Seksual, Oknum TNI Aniaya Pelaku Hingga Tewas

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini