Beranda Berita Utama Eddy Tumboimbela, Mantan Dosen ASMI Jakarta : “Permesta Di Manado Bukan Pemberontak”

Eddy Tumboimbela, Mantan Dosen ASMI Jakarta : “Permesta Di Manado Bukan Pemberontak”

940
1

Jakarta, Melayu Pos Indonesia

PERMESTA BUKAN PEMBERONTAK
oleh Eddy A Tumboimbela

PRA PERMESTA
1. Komando Tentara & Territorium.
Memberi gambaran tentang organisasi TNI-AD, peran dan fungsi Panglima Komando.
2. Sistem Pemerintahan.
Pemerintahan yg terpusat dgn Kabinet yang silih berganti. Dampaknya terhadap kehidupan masyarakat Indonesia Timur pada umumnya, Sulawesi Utara pd khususnya.
3. Bung Hatta mengundurkan diri.
Dampak dari pengunduran diri Bung Hatta yang merupakan representasi dari daerah luar pulau Jawa.
4. Daerah bergolak.
Tuntutan dari daerah-daerah yang menyebabkan timbulnya Dewan dan Permesta yang diklafikasi sebagai “Daerah Bergolak”.

Foto Bersama Deklarator Permesta, HN Sumual (Bung Ventje) dan kawan-kawan tahun 2007

PERMESTA.
1. Deklarasi Permesta 2 Maret 1957 dgn SOB.
Menjelaskan tentang prinsip, tujuan dan cara-cara perjuangan.
2. Reaksi Pemerintah = SOB Nasional 14 Mrt ’57.
Menggambarkan reaksi yang timbul, khusus dari Corps Alumni SSKAD-Tim MBAD serta Kabinet
Ali Sastroamijoyo II.
3. Komando TT VII/Wira-buana dilikwidir.
Program Permesta tersendat akibat tidak ada lagi satuan pengaman.
4. KDM-SUT.
Panglima KDM tetap ber-sikukuh melaksanakan program di wilayahnya.
5. MUNAS = RUJUK NASIONAL.
Kabinet Ir Juanda berhasil melaksanakan Rujuk Nasional yang dilanjutkan dengan MUNAP=Musyawarah Nasional Pembangunan.
6. Peritiwa Cikini 30 Nop 1957.
Rujuk Nasional buyar diikuti penangkapan terhadap tokoh-tokoh Daerah ber-
golak serta beberapa politisi.
7. PRRI.
Mereka yang hendak ditangkap mengungsi/berkumpul di Padang dan mendeklarasikan Piagam Perjuangan Menyelamatkan Negara. Tujuan utamanya, kembali ke Hasil MUNAS dalam tempo 5×24 jam. Lewat waktu, PRRI berdiri pada 15 Pebruari, Panglima KDM-SUT mendukung PRRI pd 17 Pebruari 1958.

PASCAPERMESTA.
1. Surat Pernyataan Panglima KDMSUT 4 Apr 1961.
Menggambarkan latar belakang situasi yg berakhir pada Surat Panglima dan pelaksanaannya.
2. Salah kaprah.
Memberi penegasan tentang entitas Permesta berbeda dengan PRRI.
3. Buku Sejarah Nasional.
Menggambarkan Buku Sejarah yang hampir 5 deka
diajarkan mulai dr SD – Perguruan Tinggi = “History as the regime’s selection”.
4. Stigma buruk.
Menegaskan bahwa Buku Sejarah yang ada telah menimbulkan stigma buruk langsung/tidak dalam berbangsa dan bernegara. Bersambung … 

EDITOR : ERSAN MPI JAKARTA

31 Calon Dubes Usulan Jokowi, Ada Eks Pemred Metro TV Dan Mantan Juru Bicara Kemenlu

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini