Beranda Berita Utama HUT ke-90 PSSI *Mereka Berjasa Untuk PSSI*

HUT ke-90 PSSI *Mereka Berjasa Untuk PSSI*

539
0

Oleh M. Nigara (Wartawan Sepakbola Senior)

JAKARTA, MELAYU POS INDONESIA –  TAK banyak orang tahu, ada deretan orang yang punya jasa sangat besar bagi sepakbola Indonesia. Selain Ir. Soeratin, sang pendiri PSSI, ada beberapa nama lain yang bisa dikategorikan sebagai deretan orang itu.

Tentu tidak semua di antara kita setuju. Saya tak hendak berdebat. Anda semua berhak menyebut siapa saja yang tidak saya ketahui, atau mungkin juga saya tahu tapi kita berbeda pandangan. Silahkan disambung saja jumlah orang-orang itu.

Para mantan ketua umum, para mantan pengurus pusat dan daerah, atau para pelatih, para pemain, para wasit, dan semua perangkat teknis, bagi saya adalah sah dinilai berjasa. Saya tak hendak, berdebat soal ada pengurus, pelatih, pemain, wasit dan lainnya pernah kena suap. Tapi, saya hanya ingin menyebut fungsi-fungsi bukan pribadi-pribadi.

Secara kasat mata, kita melihat mereka telah menjadi darah dan oksigen bagi PSSI selama 90 tahun.Tanpa mereka, PSSI pasti bukan apa-apa.

Tapi, ada sedikit orang, sekali lagi, kita bisa berbeda pendapat, dan itu sah-sah saja, punya jasa yang tak kalah besar. Mereka adalah orang-orang perkasa yang telah mewarnai PSSI sedemikian rupa. Mungkin tanpa mereka, PSSI hanya akan menjadi organisasi biasa-biasa saja.

*Berjasa*
*Tumpal Dorianus Pardede,* biasa disapa Pak Katua. Saya berbahagia sempat bertemu dan mewawancarainya, Akhir Februari. Liputannya menjadi HL mingguan BOLA, edisi perdana, 3 Maret 1984.

Tak seorang pun yang mampu menghitung berapa banyak hartanya mengelontor untuk sepakbola. Bayangkan, di saat ekonomi Indonesia masih tertatih-tatih, tepatnya 1968, lahirlah klub profesional Pardedetex. Sesuatu yang sangat tidak masuk di akal pada masa itu, tapi ia lakukan. Para pemain yang awalnya hanya memperoleh honor, diberi gaji, bonus, dan kontrak.

Bukan hanya itu, Pak Katua pun menghidupi tim nasional. Hampir semua lapisan tim nas ia biayai. Dan, tak sedikit pun ia berpikir untuk meminta kembali.

Dari Aceh, ada nama *D. Murthala*, pengusaha yang membawa Persiraja menjadi juara Perserikatan. Meski di daerah, Pak Mur, begitu ia biasa disapa, juga tak sedikit menyumbang PSSI.

Letkol *Syarnoebi Said*, biasa disapa Mang Noebi, mantan Ketua Umum PSSI 1982-83. Ia juga tak pernah ragu mengalirkan dana pribadinya untuk PSSI, bahkan jauh sebelum ia menjabat sebagai ketua.

Mang Noebi yang asli Kanton, Palembang, adalah satu-satunya ketum yang karena kegagalan prestasi tim nas, lalu mundur. Mang Noebi lalu mengambil-alih klub Yanita Utama, Bogor yang sedang sekarat. KTB (Krama Yudha Tiga Berlian) adalah klub yang kumudian sukses di Galatama dan menjadi satu-satunya klub Indonesia yang mampu menempati posisi ke-3 di Asia.

Hampir bersamaan waktunya, ada juga *Benny Mulyono*, pemilik Klub Warna Agung. Oom Benny, begitu ia biasa disapa, menampung hampir semua bintang nasional. Sama seperti nama-nama di atas, ia terbilang sangat royal dengan para pemain.

Oom Benny, juga tak pernah menolak untuk mendanai tim nas meski ia tak jadi apa-apa. Dan Oom Benny menjadi manajer tim nas PPD 1985 yang nyaris meloloskan tim nas ke Piala Dunia, Mexico 1986.

*Ismed D. Taher*, pengusaha muda yang mengawal bakal calon pemain nasional Garuda 1 dan 2. Bang Ime’, tak pernah bosan mengeluarkan dananya untuk tim Garuda yang diproyeksikan ke olimpiade. Sayang timnya tak
pernah sampai tujuan, Garuda dibubarkan 1985.

Nama terakhir adalah *Nirwan D. Bakrie* atau biasa disapa NDB. Mengawali kehadirannya di orbit sepakbola nasional lewat klub Pelita Jaya Galatama. Tak lama, Galatama seperti kehilangan segalanya. NDB lalu menggalang rekan-rekan bisnisnya untuk membantu. Ia juga yang pertama membawa Dunhill menjadi sponsor Kompetisi.

Azwar Anas, Ketua Umum PSSI saat itu, lalu memberi kepercayaan padanya untuk membentuk tim PSSI Primavera. Sekumpulan anak muda kita bisa ikut kompetisi di Italia, sesuatu yang tidak lazim. Begitu juga Barreti.

Jangan tanya berapa ratus miliar dana pribadi telah ia gelontorkan untuk PSSI. Semua ia lakukan atas nama kecintaannys pada sepakbola nasional.

Tanpa mereka, PSSI bukan tidak mungkin telah almarhum. Mereka adalah sedikit orang yang telah menghidupi sepakbola, bukan hidup dari sepakbola.

Mereka tak pernah ragu apalagi bosan untuk menggelontorkan uangnya demi sepakbola. Mereka tak pernah berhitung sudah berapa banyak rupiah bahkan asetnya yang hanyut untuk sepakbola.

Tapi sedihnya, bukan tanda jasa yang mereka peroleh sekedar ucapam terima kasih pun tak mereka dapatkan. Tidak sedikit dari mereka yang justru dihina, dicerca, dan difitnah. Bahkan ada dari mereka yang dituduh sebagai mafia.

Lebih memprihatinkan yang menuduhnya bukanlah orang yang menghidupi sepakbola. Mereka yang menuduhnya, maaf, ada yang justru hidup dari sepakbola.

Hari ini, PSSI genap berusia 90 tahun, seharusnya organisasi ini memberikan rasa hormat untuk sedikit orang di atas. PSSI hendaknya bersyukur pada mereka, dan mungkin banyak nama lain yang tidak saya tuliskan. Ya, seharusnya PSSI tak lupa pada sejarah.

Semoga PSSI kedepan menjadi organisasi yang bisa membanggakan. Selamat ulang tahun PSSI..

MPI : REDAKSI / EDITOR : ERSAN

 

AYO GOTONG ROYONG SALING MEMBANTU MENCEGAH VIRUS CORONA, SELENGKAPNYA KLIK VIDEO INI

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini